~Dari Sabang Sampai Merauke~ Setiap Daerah Punya Cerita Dan Tradisi Untuk Kita Eksplorasi!

Kita Patut Bangga, karena Batik Sudah Dikenal Di Skala Internasional!

Sumber foto: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTtuvnvD7BF5QAjgEOE9qaLkYhVZpzhmjfVoQ&s

Batik adalah salah satu kebanggaan budaya Indonesia. Kebanggaan ini semakin meningkat setelah UNESCO menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 2 Oktober 2009. Adanya pengakuan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya Indonesia merupakan sebuah pengakuan yang luar biasa. Pengakuan tersebut menandai perjuangan Indonesia membuktikan betapa khasnya batik sebagai budaya Indonesia. Batik pernah diklaim oleh negara tetangga, Malaysia, dan mereka pun pernah melayangkan keberatan atas pengakuan UNESCO tersebut.

Teknik membatik telah dikenal dunia sejak ribuan tahun silam. Teknik mewarnai kain dengan perintang lilin ini berkembang di Mesir, Afrika, Tiongkok, dan beberapa kebudayaan Asia lainnya termasuk India, Jepang, dan Indonesia. Budaya batik berkembang pesat di Indonesia, dengan kemampuan membuat motif yang mendetail dan sarat makna. Perkembangan batik di Indonesia dapat ditelusuri sampai zaman Majapahit. Batik kemudian berkembang pesat pada era Kesultanan Mataram di daerah Surakarta dan Yogyakarta, dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah Nusantara.

Thomas Stamford Raffles dalam buku The History Of Java mencatat setidaknya ada 100 motif batik yang pernah dijumpainya di Jawa pada saat ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal (1811-1816). Batik di lingkungan istana Mataram pada mulanya hanya digunakan oleh kalangan kerajaan, untuk busana sultan beserta keluarganya, dan para pembesar keraton. Motif batik yang digunakan konon diilhami dari hasil meditasi dan puasa sang sultan. Kain batik yang dibuat dalam lingkungan keraton ini hanya boleh dipakai oleh kalangan keraton saja, dan dikenal dengan motif batik larangan. Beberapa motif batik larangan misalnya adalah motif parang, parang rusak, cemukiran, sawat, udan liris, semen, dan alas-alasan.

Kesenian membatik kemudian berkembang di luar lingkungan keraton, dan lambat laun teknik membatik pun dikuasai oleh kalangan rakyat biasa di berbagai daerah Nusantara. Di Jawa, batik berkembang pesat di luar Surakarta dan Yogyakarta, terutama di daerah pesisir. Beberapa pusat batik di pesisir jawa  antara lain adalah di daerah Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Lasem, Kudus, dan Tuban. Motif batik  yang berkembang di luar lingkungan keraton, ada yang masih mempertahankan makna dan filosofi, tetapi ada juga yang hanya mementingkan aspek estetika dan keindahan visual semata. Christine Claudia Lukman, peneliti budaya peranakan di Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha menyebutkan bahwa perkembangan batik di wilayah pesisir Jawa berkaitan dengan banyaknya orang Indo-Belanda dan Tionghoa peranakan yang menjadi pengusaha batik. Motif batik yang berkembang di Lasem, adalah salah satu contoh kategori motif batik yang masih memiliki makna dan berhubungan erat dengan nilai-nilai hidup masyarakat Lasem yang dipengaruhi filosofi Tiongkok dan Jawa.

Batik Nusantara telah berkembang dan berevolusi dalam perjalanannya yang begitu panjang. Bermula dari lingkungan keraton yang sangat terbatas, kini batik telah berkembang menjadi salah satu komoditas industri kreatif Indonesia yang menerobos pasar global. Christine mencatat beberapa desainer terkemuka Indonesia yang berhasil membawa batik Indonesia ke dunia fashion internasional, di antaranya adalah Oscar Lawalata, Denny Wirawan, Edward Hutabarat, Chossy Latu, Ramli, Ghea Panggabean, Era Soekamto, Itang Yunasz, Lia Afif, dan Riana Kusuma Astuti. Terlepas dari proses asli membatik yang merujuk pada teknik menggambar yang melibatkan lilin, canting, dan peralatan khusus lainnya, batik saat ini juga telah diproduksi dengan berbagai teknik produksi modern. Motif batik juga telah berkembang dalam dunia seni visual, dengan lahir motif-motif kontenporer yang menggabungkan motif batik klasik dengan unsur-unsur visual dan filosofi modern. Motif batik kontemporer tidak hanya dapat dijumpai pada produk-produk busana saja, tetapi juga pada produk-produk kreatif lainnya.

Sumber Artikel: https://news.maranatha.edu/featured/bangga-batik-indonesia-yang-mendunia/

Tana Toraja Dengan Tradisi Rambu Solo Yang Wajib Kalian ketahui!

Sumber Foto: https://mmc.tirto.id/image/2022/02/26/antarafoto-prosesi-penguburan-rambu-solo-25022022-zk-1_ratio-16x9.jpg

Tana Toraja, sebuah daerah di Sulawesi Selatan, Indonesia, menyimpan segudang pesona budaya yang unik dan menarik perhatian dunia. Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah Tradisi Rambu Solo. Dikutip dari laman kebudayaan.kemendikbud.go.id, rambu solo’/aluk rampe matampu’ merupakan rangkaian upacara yang menyangkut kematian dan pemakaman manusia. Upacara pemakaman adat ini begitu megah dan sarat makna. Upacara ini tidak hanya menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Toraja, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memukau.

Rambu Solo memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Toraja. Upacara ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal, tetapi juga sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga besar. Selain itu, Rambu Solo juga berfungsi sebagai sarana untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga dan masyarakat.

Uniknya upacara Rambu Solo telah menarik perhatian wisatawan dari berbagai belahan dunia. Banyak wisatawan yang penasaran ingin menyaksikan langsung prosesi pemakaman adat Toraja ini. Keberadaan Rambu Solo telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan pariwisata di Tana Toraja.

Dalam era modernisasi seperti sekarang ini, tradisi Rambu Solo tetap lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat Toraja sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang ada, termasuk upacara Rambu Solo. Upaya pelestarian tradisi ini tetap harus terus dilakukan agar tidak tergerus oleh pengaruh budaya asing.

Tradisi Rambu Solo adalah warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Toraja. Upacara pemakaman ini tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga nilai sosial dan budaya yang sangat tinggi. Dengan memahami makna di balik Rambu Solo, para generasi muda Indonesia dapat semakin menghargai keberagaman budaya Indonesia.

Sumber Artikel: https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/tradisi-rambu-solo-upacara-pemakaman-unik-dari-tana-toraja-yang-wajib-diketahui-23Vd65qLwC6/full


Wow! Kuliner Padang Satu Ini Mampu Membuat Banyak Orang Menyukainya!

Sumber Foto: https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/07/06/nasi-padang.jpeg?w=600&q=90

Nasi Padang berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat, yang dikenal dengan kekayaan tradisi kuliner dan kearifan lokalnya. Dalam budaya Minangkabau, hidangan nasi dengan lauk-pauk yang kaya bumbu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hidangan ini tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Minang yang mementingkan keharmonisan dan keseimbangan. Dalam setiap hidangan nasi Padang, terdapat banyak lauk yang menggunakan rempah-rempah tradisional Indonesia, seperti kunyit, lengkuas, serai, dan cabai. Beberapa lauk seperti rendang, ayam pop, gulai, dan telur balado menjadi andalan dalam paket nasi Padang. Keberagaman rasa inilah yang menjadikan nasi Padang sangat khas dan mudah dikenali.

Salah satu alasan mengapa nasi Padang berhasil menjadi ikon kuliner adalah keunikan teknik memasak yang digunakan. Proses memasak rendang, misalnya, melibatkan waktu yang lama dan teknik penyusutan santan hingga bumbu meresap sempurna ke dalam daging. Proses ini membuat rendang menjadi begitu lembut dan kaya rasa, yang pada akhirnya menjadi hidangan yang mendunia. Selain rendang, gulai, ayam pop, dan berbagai hidangan lain dalam nasi Padang juga diproses dengan cara yang sangat teliti, menggunakan berbagai rempah dan santan yang menghasilkan rasa gurih, pedas, dan sedikit manis. Proses memasak yang rumit ini membawa cita rasa yang dalam, membuat nasi Padang tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga pengalaman rasa yang luar biasa.

Seiring dengan berkembangnya kuliner internasional dan meningkatnya ketertarikan terhadap masakan Asia, nasi Padang mulai dikenal di luar Indonesia. Restoran-restoran nasi Padang mulai bermunculan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di beberapa negara Barat, terutama di kota-kota besar seperti New York, London, dan Amsterdam, restoran nasi Padang juga mulai mendapatkan tempat di hati para pencinta kuliner. Salah satu alasan kenapa nasi Padang mudah diterima adalah keragaman rasa yang ditawarkan. Nasi Padang cocok dengan berbagai selera, mulai dari yang suka makanan pedas hingga yang menghindari daging dengan adanya pilihan lauk berbasis sayuran atau ikan. Keberagaman ini menjadikan nasi Padang fleksibel untuk disajikan di pasar kuliner internasional.

Di era digital, media sosial berperan besar dalam memperkenalkan kuliner Indonesia ke dunia. Gambar-gambar hidangan nasi Padang yang menggugah selera sering kali dibagikan di platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok. Berbagai food blogger dan influencer juga berperan dalam mengangkat citra nasi Padang, menyebarkan informasi tentang kelezatannya ke audiens global. Berkat media sosial, lebih banyak orang luar Indonesia yang mengenal nasi Padang melalui foto-foto dan video yang memperlihatkan keindahan dan kelezatan hidangan ini. Hal ini semakin memperkuat posisi nasi Padang sebagai salah satu ikon kuliner dunia.

Nasi Padang bukan hanya soal makanan, ia juga menjadi simbol kekayaan budaya kuliner Indonesia. Keberagaman bahan, teknik memasak, dan cara penyajian yang digunakan dalam nasi Padang mencerminkan kekayaan tradisi kuliner nusantara. Nasi Padang juga membawa serta nilai filosofi yang mendalam, seperti pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan penghargaan terhadap tradisi. Dengan keanekaragaman rasa dan sejarah yang kuat, nasi Padang menjadi cerminan identitas budaya Indonesia. Di luar negeri, nasi Padang tidak hanya dipandang sebagai makanan lezat, tetapi juga sebagai perwakilan dari kekayaan budaya Indonesia yang mengutamakan harmoni dalam kehidupan.

Sumber Artikel: https://rajominang.id/blog/bagaimana-nasi-padang-menjadi-ikon-kuliner-indonesia-di-dunia

Siapa Sih Yang Nggak Tau Kesenian Wayang Kulit Satu Ini!

Sumber Foto: https://vivanews24.com/wp-content/uploads/2023/12/Seni-Wayang-Kulit-Pertunjukkan-Tradisional-Populer-Di-Nusantara.jpg
Wayang kulit adalah salah satu seni pertunjukan tradisional Indonesia yang Berasal dari Pulau Jawa. Seni wayang kulit ini memadukan cerita epik, musik gamelan, seni rupa,  seni drama, musik, sastra, dan narasi yang disampaikan oleh seorang dalang dengan memadukandan dalam satu kesatuan yang sarat dengan nilai filosofis. Seni ini telah diakui oleh UNESCO sebagai (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tahun 2003, membuktikan nilainya yang tak tergantikan di kancah internasional.

Wayang kulit dipercaya telah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Indonesia, sekitar abad ke-10. Kata "wayang" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "bayangan," karena pertunjukan ini menggunakan bayangan boneka kulit yang diproyeksikan ke layar kain putih. Tokoh-tokoh dalam wayang kulit sebagian besar diambil dari epos besar Hindu, seperti Ramayanadan Mahabharata.  Wayang kulit berkembang pesat pada masa Kerajaan Majapahit dan terus dilestarikan hingga zaman Kesultanan Mataram. Seni ini kemudian beradaptasi dengan pengaruh Islam, di mana para wali seperti Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai media dakwah yang efektif. Cerita-cerita wayang yang sebelumnya penuh nuansa Hindu diubah menjadi kisah yang lebih Islami, tanpa meninggalkan keindahan seni tradisionalnya. 

Wayang kulit dibuat dari kulit sapi atau kerbau yang diproses dengan cara khusus untuk menghasilkan tekstur yang kuat namun lentur. Kulit tersebut diukir dengan detail halus untuk membentuk tokoh-tokoh wayang yang menggambarkan karakter-karakter dalam cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata. Proses pembuatan wayang kulit melibatkan pengeringan kulit, pemolesan, dan pengukiran, yang membutuhkan keterampilan tinggi. Selain digunakan untuk pertunjukan wayang kulit, bahan ini juga mencerminkan hubungan antara manusia dengan alam, mengingat kulit hewan digunakan dengan cara yang penuh makna dalam tradisi budaya. Wayang kulit bukan hanya alat hiburan, tetapi juga media untuk menyampaikan nilai-nilai moral, keagamaan, dan sosial dalam masyarakat Indonesia.

Wayang kulit bukan sekadar hiburan. Wayang adalah media pendidikan dan refleksi kehidupan. Setiap cerita yang disampaikan penuh dengan nilai moral, seperti pentingnya kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan pengendalian diri. Wayang juga sering dianggap sebagai simbol dari hubungan manusia dengan Tuhan, alam semesta, dan sesama.  Dalang sering kali menyisipkan pesan-pesan kehidupan yang relevan dengan kondisi sosial masyarakat. Ini menjadikan wayang kulit sebagai medium yang dinamis, mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi tradisionalnya.

Di era modern, wayang kulit menghadapi tantangan besar, terutama dari budaya populer yang lebih menarik perhatian generasi muda. Namun, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan, seperti melalui pendidikan seni tradisional di sekolah, festival budaya, dan inovasi pertunjukan yang menggabungkan teknologi modern.  Salah satu contohnya adalah penggunaan layar digital untuk menggantikan layar kain tradisional, tanpa mengubah esensi pertunjukan. Selain itu, wayang kulit juga mulai dipromosikan di kancah internasional melalui berbagai pameran dan festival budaya dunia. 

Sumber Artikel: https://kumparan.com/dwi-nurcahyani/wayang-kulit-warisan-budaya-nusantara-yang-penuh-filosofi-243kSDozD70/full


Menarik! Ini Lah Tari Kecak Yang Menjadi Daya Tarik Wisatawan Asing!

Sumber Foto: https://unair.ac.id/wp-content/uploads/2024/07/Tari-kecak.png

Tari kecak merupakan tarian yang populer yang kerap dipertunjukkan di kawasan wisata Bali. Disebut tari kecak karena tarian unik yang satu ini tidak diiringi dengan lantunan alat musik, melainkan paduan seni dari suara-suara mulut atau teriakan-teriakan seperti “cak cak ke cak cak ke” disepanjang pertunjukan. Melansir jurnal berjudul Konstruksi Pesan Tari 'Kecak' pada Masyarakat Badung, Bali, secara ringkas, tarian yang dipentaskan lebih dari 50 orang penari laki-laki atau perempuan yang duduk berbaris melingkar dengan irama tertentu dan sambil menyerukan “cak” serta mengangkat kedua tangannya. Para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak (disebut kain poleng). Dengan latar belakang kisah Ramayana melawan Rahwana (raksasa) yang menculik Dewi Shinta (istri dari Ramayana) yang akhirnya berhasil diselamatkan Rahwana.

Sebenarnya, tari ‘Kecak’ berangkat dari ritual Sang Hyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada dalam kondisi tidak sadar ketika melakukan komunikasi dengan para dewa atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari “Cak” atau tari Api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan massal atau hiburan dan cenderung sebagai sendratari yaitu seni drama, karena seluruhnya menggambarkan seni peran yang tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama seperti pemujaan, odalan atau upacara lainnya. Bentuk-bentuk sakral dalam tari Kecak ini biasanya ditujukan dalam hal kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api.

Tari ini diciptakan pada tahun 1930 oleh seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak dan seorang pelukis dari jerman yang bernama Walter Spies. Tari Kecak sendiri terinspirasi dari ritual Bali yang disebut “Tari Sanghyang” di mana penari jatuh ke dalam kesurupan karena dirasuki oleh roh suci. Sementara itu, asal usul nama dari tarian ini berasal dari para penari pria yang selalu meneriakan kata ‘Cak Cak Cak Cak’. Dari bunyi itulah yang membuat nama tarian ini disebut sebagai Tari Kecak. Selain itu, musik dari tarian khas Bali ini juga berasal dari suara kerincingan yang diikatkan pada kaki penari yang berperan sebagai salah satu tokoh Ramayana. Para penari membuat lingkaran yang mengelilingi api unggun, sementara penari lain memainkan perannya masing-masing. Mereka memainkan tarian yang terinspirasi dari kisah Ramayana yang menyelamatkan Shinta dari kejahatan Rahwana. 

Pertunjukan Ramayana yang diiringi tarian kecak ini mengisahkan perjuangan Rama ketika membebaskan Shinta, sang permaisuri tercinta dari Rahwana. Ia dibantu oleh Hanoman si kera putih yang memporakporandakan tempat penyekapan Shinta, sampai nyaris terbakar. Selain itu, Rama juga memohon pertolongan kepada Dewata. Kisah ini menunjukan kepercayaan Rama kepada Tuhan, kerja kerasnya, dan kesetiaan Shinta kepada sang suami yang tentu patut untuk diteladani. 

Tari ini terinspirasi dari upacara Sanghyang atau upacara tolak bala. Dan untuk melestarikan hal tersebut, maka dibuatlah sebuah seni tari yang dapat menarik perhatian semua kalangan, yakni Tari Kecak. Karena tari ini terinspirasi dari upacara Sanghyang maka tari ini memiliki fungsi yang sama, yakni bertujuan untuk mengusir roh jahat dan menolak bala maupun marabahaya. Saat menari, salah seorang penari akan kerasukan roh, pada saat itulah terjadi sebuah komunikasi dengan leluhur maupun para dewa, penari akan di beri sebuah pesan ataupun petunjuk.

Tarian kecak juga berfungsi sebagai sarana pertunjukan bagi para wisatawan. Sudah terbukti dengan membludaknya para penonton wisatawan lokal maupun mancanegara yang menyaksikan secara langsung setiap hari, khusunya di Uluwatu dan Tanah Lot. Terakhir dan yang paling penting tarian ini berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan mengenalkan budaya Bali. 

Sumber Artikel: https://katadata.co.id/berita/daerah/618b7e5f2a683/mengenal-tari-kecak-kesenian-tradisional-kebanggan-masyarakat-bali