![]() |
| Sumber Foto: https://bpkpenabur.or.id/media/hlsdwbtf/image.png?mode=max&width=555&height=32 |
Tradisi ini tergolong ekstrim karena mengandung unsur berbahaya dan menyakiti diri sendiri, maka tidak heran kalau kini juga sudah banyak ditinggalkan warga suku Dani di Papua. Namun, tradisi ini tetap menjadi rekam jejak sejarah dan budaya yang menggambarkan cerminan masyarakat suku Dani. Sisa tradisi ini bisa dilihat dari sesepuh atau orangtua yang memiliki jemari yang sudah tidak utuh lagi. Tradisi ini sendiri disebut ikapilin atau ikel yang bertujuan untuk menunjukkan rasa kesedihan yang mendalam karena adanya anggota keluarga yang meninggal dunia, misalnya suami atau istri, orangtua, atau saudara.
Masyarakat pegunungan tengah Papua ini pada zaman dulu diwajibkan memotong salah satu ruas jari mereka untuk karena jari adalah hal yang disakralkan. Jari adalah sebuah simbol yang memiliki arti mendalam bagi suku Dani. Jari melambangkan persatuan, kerukunan, serta kekuatan dalam diri manusia dan keluarganya. Kehilangan satu anggota keluarga, rasanya tidak akan lengkap lagi. Demikian pula jika kehilangan satu ruas jari karena tangan tidak akan berfungsi optimal lagi. Itulah nilai filosofis dari tradisi potong jari ini. Jari yang dipotong akan menunjukkan berapa anggota keluarga yang telah meninggal. Tradisi ini dilakukan oleh wanita maupun pria. Alat yang digunakan untuk memotong jari adalah kapak atau pisau tradisional.
Jari juga bisa dipotong dengan mengikat jari dengan seutas tali selama beberapa jam hingga aliran darah berhenti dan barulah jari bisa dipotong. Walau tentu saja sangat menyakitkan, tradisi memotong jari adalah bentuk penghormatan yang tinggi dalam budaya suku Dani di Papua. Demikian adalah pembahasan mengenai tradisi potong jari berasal dari Papua yang sudah ditinggalkan karena larangan dari pemerintah dan perubahan budaya.
Sumber Artikel: https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/asal-tradisi-potong-jari-yang-unik-dan-ekstrim-22x36rOjAZh/full

0 Comments:
Posting Komentar